JOURNEY (1)

Dalam diam, hati melompati waktu. Berlari ke belakang untuk sedikit mengenang. Merajut peristiwa yang dulu terjadi dan kini akan menjadi nanti.

Air muka berbinar lalu penuh makna. Tersenyum gembira lalu menunduk sedih. Tersenyum miris lalu sedih bahagia. Terlalu banyak rupa rasa tanpa identitas.

Menengok pada masa yang pernah terjadi. Tiap masa ada saatnya. Tiap moment ada masanya. Tiap peristiwa punya kenangannya. Lalu biarlah yang terjadi tersimpan dalam bait yang tertulis.


Rasa ini berjuluk bahagia. Suatu fase berakhir dan fase yang lain dimulai. Lepas dari cengkraman harimau lalu masuk ke mulut buaya. Tantangan yang berbeda.

Terlalu banyak cerita sebelum fase ini.

Pada awalnya, tak tertarik dengan kampus ini. Sama sekali tak ingin, hanya pada awalnya. Kampus ini kemilau di mata banyak orang. Tapi terlihat terlalu perlente di pandangan mata ini. Tak cocok, tak suka, tak pas, yang sederhana cukup. Kampus ini hebat nan moncer di seantero negeri. Tempat banyak tokoh hebat lahir dan dibesarkan.

Namun saat hati tak ingin, justru alam menghendakinya yang lain. Rasa tak ingin itu berlanjut dengan penasaran, lalu berakhir dengan benar-benar ingin.

Gadis polos ini kebingungan arah. Tak tahu jalan pergi. Tak tahu apa inginnya.

Keluarga yang “sangat” demokratis hanya akan berkata “iya” akan pilihan yang diucapkannya. Rasanya seperti berjalan dalam sabana tanpa jejak jalan dan petunjuk.

KIMIA. Hanya jalan itu yang terlintas. Pilihan yang diambil atas alasan klasik, potensi lolos akan semakin besar dengan nilai-nilai yang selalu menanjak naik dan di atas rata-rata. *Too simple.

Dalam obrolan pertemanan. Seorang teman lelaki menyayangkan pilihan itu. Katanya terlalu sayang, tak tepat, harus yang lebih menantang. Nilai baik dan prestasi baik terlalu sayang untuk hanya sebatas itu. Selanjutnya dia mengajukan proposal “TEKNIK KIMIA” dalam daftar kebingungan saat itu. Tahukah kamu apa alasan cerdasnya? *Dia ingin masuk KIMIA, ya pantas saja tho... Minimal bisa minus satu saingan...

Dalam kebutaan, proposal itu terkirim dengan baik lalu menjadi pilihan utama dan pertama. 

“That’s it and just it. Just a short story and classic reason for a heavy choice for a very long trip in the next step. I don’t go for get more information about this choice.”

Pilihan itu sedangkal pemikiran dan setinggi kepercayaan pada Allah.

Kenekatan di luar batas. Memilih jalan yang kejelasannya tak tahu. Memaksa diri menempuh jalan sarjana biarpun tak punya biaya. Resah dan khawatir membuncah di hati sanubari. Kegamangan dan keraguan mengusik perjalanan berikutnya.

Namun jalan Allah siapa sangka. Gadis kecil tak tahu arah sudah mengambil langkah barunya, : Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada dengan pembiayaan full dari Bidik Misi DIKTI.


Lalu nikmat Tuhanmu yang manakah yang hendak kamu dustakan !!!