Dalam
diam, hati melompati waktu. Berlari ke belakang untuk sedikit mengenang.
Merajut peristiwa yang dulu terjadi dan kini akan menjadi nanti.
Air
muka berbinar lalu penuh makna. Tersenyum gembira lalu menunduk sedih.
Tersenyum miris lalu sedih bahagia. Terlalu banyak rupa rasa tanpa identitas.
Menengok
pada masa yang pernah terjadi. Tiap masa ada saatnya. Tiap moment ada masanya.
Tiap peristiwa punya kenangannya. Lalu biarlah yang terjadi tersimpan dalam
bait yang tertulis.
Rasa
ini berjuluk bahagia. Suatu fase berakhir dan fase yang lain dimulai. Lepas dari
cengkraman harimau lalu masuk ke mulut buaya. Tantangan yang berbeda.
Terlalu
banyak cerita sebelum fase ini.
Pada
awalnya, tak tertarik dengan kampus ini. Sama sekali tak ingin, hanya pada awalnya. Kampus
ini kemilau di mata banyak orang. Tapi terlihat terlalu perlente di pandangan mata ini.
Tak cocok, tak suka, tak pas, yang sederhana cukup. Kampus
ini hebat nan moncer di seantero negeri. Tempat banyak tokoh hebat lahir dan
dibesarkan.
Namun saat hati tak ingin, justru alam menghendakinya yang lain. Rasa tak
ingin itu berlanjut dengan penasaran, lalu berakhir dengan benar-benar ingin.
Gadis polos ini
kebingungan arah. Tak tahu jalan pergi. Tak tahu apa inginnya.
Keluarga
yang “sangat” demokratis hanya akan berkata “iya” akan pilihan yang
diucapkannya. Rasanya seperti berjalan dalam sabana tanpa jejak jalan dan
petunjuk.
KIMIA.
Hanya jalan itu yang terlintas. Pilihan yang diambil atas alasan klasik,
potensi lolos akan semakin besar dengan nilai-nilai yang selalu menanjak naik
dan di atas rata-rata. *Too simple.
Dalam
obrolan pertemanan. Seorang teman lelaki menyayangkan pilihan itu. Katanya terlalu
sayang, tak tepat, harus yang lebih menantang. Nilai baik dan prestasi baik
terlalu sayang untuk hanya sebatas itu. Selanjutnya dia mengajukan
proposal “TEKNIK KIMIA” dalam daftar kebingungan saat itu. Tahukah kamu apa alasan cerdasnya? *Dia ingin masuk KIMIA, ya pantas saja tho... Minimal bisa minus satu saingan...
Dalam kebutaan,
proposal itu terkirim dengan baik lalu menjadi pilihan utama dan pertama.
“That’s
it and just it. Just a short story and classic reason for a heavy choice for a very long trip in the next step. I don’t go for get more information about this
choice.”
Pilihan itu sedangkal pemikiran dan setinggi kepercayaan pada
Allah.
Kenekatan
di luar batas. Memilih jalan yang kejelasannya tak tahu. Memaksa diri menempuh
jalan sarjana biarpun tak punya biaya. Resah dan khawatir membuncah di hati
sanubari. Kegamangan dan keraguan mengusik perjalanan berikutnya.
Namun jalan
Allah siapa sangka. Gadis kecil tak tahu arah sudah mengambil langkah barunya, : Teknik
Kimia Universitas Gadjah Mada dengan pembiayaan full dari Bidik Misi DIKTI.
Lalu
nikmat Tuhanmu yang manakah yang hendak kamu dustakan !!!