PASCA SARJANA : EDISI FINAL



Manusia memiliki tiga dimensi waktu, masa lalu, masa kini, dan masa nanti. Tentang masa lalunya, manusia mampu menyesal atau berbangga. Tentang masa kininya, manusia mampu berusaha. Tentang masa depannya, manusia mampu bercita-cita dan berdoa.
-Kemudian tentang ketiganya, manusia mampu berkisah-
Februari 2017. Allah SWT itu Maha Pengabul Doa.
         Banyak hari yang dilalui dengan rasa jenuh sebagai sarjana tanpa pekerjaan. Puluhan lamaran, seleksi awal, beberapa interview, bahkan medical check up pun iya. Banyak cucuran keringat bahkan air mata yang tertumpah dalam 3 bulan terakhir. Namun, jalan yang diberi Allah  SWT itu sungguh adalah yang terbaik. Siapa sangka, secepat 3 hari akhirnya mendapat pekerjaan. Allah SWT sungguh adalah perencana terbaik.
        
       Berawal dari sebuah email tertanggal 17 Februari 2017 pukul 18.39 WIB. Sebuah undangan untuk mengikuti seleksi awal dari DBC.Co, perusahaan manufactur bahan bangunan yang moncer di seantero negeri, perusahaan yang mapan dan cukup bonafit. Tes diadakan pada Rabu, 22 Februari 2017 pukul 08.00 WIB di Wisma Syantikara. Baru sesadar ini kalau hari itu adalah tepat 23 tahun 1 bulan, tes di tanggal kesayangan : 22. 
      
      Tes diadakan cukup tepat waktu. Memasuki ruang tes lalu duduk di kursi nomor 23. Satu ruangan itu penuh rapi dengan lebih dari 80 orang peserta. Raut mukanya berupa-rupa. Ada yang gugup dengan muka berlipat tegang, ada yang sangat sangat santai cenderung sembrono, ada juga yang datar seperti saya.

      Tes tahap I adalah psikotes lengkap. Terhitung sudah 3 kali ini harus mengerjakan tes dengan soal yang sama persis. Tes pertama di PT.Pharos, yang kedua di PT.Ifars, lalu sekarang DBC.Co. Persis sama, plek ketiplek tanpa beda. Mulai dari tes pengetahuan umum, analogi, deret angka, aritmatika, bangun ruang, gambar, hafalan, dll. Tantangan terbesar saat mengerjakan tes yang sama untuk ketiga kalinya adalah : bosan!!! Bagaimana menjaga mood tetap on dan fokus tidak buyar karena jenuh.

      Karena ini adalah ketiga kalinya mengerjakan soal yang sama, everything is under control. Entah ilmu darimana, saya dikaruniai kepekaan. Selalu ada firasat walaupun hasil secara de yure belum dimumkan.
       
       Firasat baik itu pun betulan menjadi fakta. Selepas salat dhuhur, 43 peserta yang lolos tahap I akhirnya diumumkan. Nomor kursi 23 menjadi salah satu peserta beruntung : saya.
Dengan perut yang hanya disumpal beberapa snack dan segelas air mineral, fisik dan otak diperas lagi untuk mengerjakan tes tahap II. Sesungguhnya tes tahap II ini bukanlah tes yang membutuhkan banyak tenaga dan konsentrasi, justru lebih membutuhkan trik. Tes ini terdiri dari PAULI, wartegg, dan gambar.

     Buat rekan-rekan yang akan menghadapi tes PAULI : jaga emosi, jaga ritme, usahakan kecepatan tetap stabil bahkan cenderung menanjak naik, dan tetap tenang. Sejauh ini sih, tes PAULI selalu saya hadapi sambil menyanyikan angka-angka hasil hitungan, tujuannya supaya mood tetap terjaga, ritme terjaga, plus rasa capek dan bosan sedikit lebih kabur.
     
      Lalu untuk tes wartegg, beberapa situs bilang : kalau kita terlalu urut dari kotak nomor 1-2-3-4-5-6-7-8 maka kita akan dipandang sebagai orang yang terlalu konvensional. Sedangkan jika urutan terlalu random, maka kita dipandang sebagai orang yang terlalu aneh dan unpredictable. Ehmmmm biasanya sih saya mengambar dengan urutan 3-4-5-6-7-8-1-2. Gambar-gambarnya juga selalu sama dan selalu menggambar tanpa berpikir. Lagi lagi karena sudah terlalu sering mengerjakan tes wartegg.

     Sedangkan untuk tes gambar, ikuti saja intruksinya. Kalau diminta menggambar orang, gambarlah diri sendiri. Beri nama dengan nama rekan-rekan, usia rekan-rekan, kelebihan dan kekurangan rekan-rekan, sedangkan profesinya tulis bidang apa yang rekan-rekan lamar di perusahaan itu. *Good luck

      Selanjutnya, sekitar waktu asar, tes tahap II selesai. Tes langsung dilanjutkan dengan sesi FGD. 43 peserta dibagi rata dengan jumlah orang per grup 5-6 orang.
Case di FGD kali ini adalah tentang prioritas. Singkatnya, grup FGD harus memutuskan akan menyerahkan 600 mL darah O yang tersedia untuk korban yang mana saja. Sejujurnya ini pertama kalinya FGD, jadi tipsnya sekadarnya yaaa. Setidaknya, cukup menjadi diri rekan-rekan saja saat FGD. Berusahalah aktif mengutarakan pendapat, miliki attitude yang baik dalam berdiskusi, jangan segan untuk melakukan interupsi maupun melontarkan sikap persetujuan dan pujian. Enjoy the moment lah ya.

        Lagi-lagi, firasat selalu datang sebelum hasil secara de yure diumumkan. Setelah FGD, 21 orang peserta yang lolos langsung diinfokan. Rabu, 22 Februari 2017 pukul 16.30 WIB, nomor kursi 23 dinyatakan lolos tahap II dan FGD : saya.

      Di hari berikutnya, tahap interview diadakan : Kamis 23 Februari 2017 pukul 13.00 WIB. Tepat pat pat pukul 13.00 WIB, saya sampai di TKP. Tapi saya tetap jadi orang ke-10 yang hadir, alias nomor 2 dari belakang. Celakanya, urutan interview berdasarkan waktu kehadiran. Jadi menunggulah sangat sangat sangat lama.

     Hadir pukul 13.00, interview pukul 16.00. Muka kusut, semangat luntur, lapar hadir. Lengkap sangat lengkap.
Interviewer-nya bernama Pak Sony (kalau gak salah). Interview dimulai dengan perkenalan, kemudian cerita seputar pengalaman organisasi, prestasi di organisasi, dll. Pertanyaan standar untuk sebuah wawancara. Selepas selesai, saya diminta bertemu Pak Jeffery dulu sebelum pulang.
     
      Beberapa menit menuggu, Pak Jeffery akhirnya selesai mewawancarai peserta lain. Pak Jeffery : satu-satunya HRD yang hangatnya luar biasa, setelah berkali-kali berjumpa dengan HRD dari banyak perusahaan, baru kali ini berjumpa dengan sosok seperti Pak Jeffery yang sangat welcome, hangat, humble, dan menyenangkan. Bahkan Pak Jeffery bersedia beranjak dari tempat duduknya untuk berjalan keluar memberi senyuman dan mengulurkan tangan pada tiap peserta. Bahkan baru kali ini juga menghadapi interview super santai yang bahkan duduk di sofa empuk hehe.

      Setelah dipersilakan duduk, Pak Jeffery memulai interview dengan pertanyaan : Apa yang belum kamu ceritakan saat interview dengan pak Sony?
Beberapa detik skakmat, berpikir keras harus menceritakan apalagi. Akhirnya, pilihan jatuh untuk bercerita tentang keluarga. Dengan kalimat awal : Sejujurnya saya adalah orang yang keras Pak. Menit demi menit, alur cerita sampai pada latar belakang keluarga dan banyak hal yang membentuk karakter Niki saat ini. Baru kali ini, interview bisa membuat mata berkaca-kaca. Keluarga adalah kisah yang sangat sensitif, berusaha untuk ditahan pun, tetap saja air mata itu menumpuk di kelopak mata. Sesi wawancara ini lebih tepat dikatakan sebagai sesi curhat. Berpuluh menit kemudian, Pak Jeffery menyampaikan beberapa pesan dan wejangan. Lalu gantian beliau yang berkaca-kaca. *Moment interview yang mengesankan.
Jika sebelumnya, firasat itu datang sebelum hasil de yure. Kali ini, saya tak berani memprediksi hasil dari interview yang mengesankan ini.

    24 jam kemudian. Jumat 24 Februari 2017. Sebuah email dari DBC.Co datang : DBC.Co mengucapkan selamat karena saya lolos tahap interview.
    Tahap selanjutnya adalah offering letter di hari Sabtu, 25 Februari 2017 dan MCU di hari Senin, 27 Februari 2017.

SUNGGUH 3 HARI ITU MENGESANKAN
22-24 Februari 2017