- Di balik Hujan -


Mei. Masih saja ada hujan. Pagi ini surya datang bersama hujan yang dingin. Bukan bersama sinar yang menghangatkan. Apalagi langit yang cerah. Awan kelabu bergelayut manja pada langit yang rengkuhannya begitu lebar.

Hujan…
Jika ada ukuran atas sebuah keikhlasan. Bisa jadi, kaulah yang jadi nomor satu. Tuhan menjatuhkanmu, kau rela. Angin mengombang-ambingkanmu, kau terima. Dimanapun kau dijatuhkan, wilayah kaya air, dataran tandus, bahkan belantara hutan, kau bersedia saja.

Hujan dijatuhkan, tapi bukankah memang seperti itu yang seharusnya? 
Tuhan membuat manusia jatuh. Bahkan Tuhan senantiasa memberi “kesempatan” untuk jatuh. Manusia yang sempat jatuh adalah mereka sempat memompa kekuatan lebih.
Tuhan memastikan manusia merasakan jatuh. Namun, Dia tak memastikan manusia mampu berdiri lagi.
Tuhan memberi kaki, maka tanggung jawab manusia untuk berdiri. Tuhan telah memberi cara untuk berdiri- dengan kakimu itu.
Kakimu itu.
Jatuh bukan hal yang  memalukan. Tapi tak mampu kembali berdiri adalah hal yang menyedihkan.

-        - Memori 4 Mei 2015 -