Bukankah tiap fase kehidupan
itu rasanya masing-masing. Biarpun mudah dipahami, tapi tak mudah diterima
setulus hati.
Manusia punya hati. Namun tak
selamanya hati tersambung mulus dengan kata otak. Kadang keduanya memiliki
jalan yang berbeda. Kadang keduanya memiliki rasa yang berlawanan bahkan
keputusan yang bertentangan. Manusia harus memilih prioritasnya. Tak selamanya
manusia bisa rakus akan keinginan dan harapannya.
Level 1 : memaksimalkan tanggung
jawab yang satu saja dan tak mengambil tanggung jawab yang lain.
Level 2 : memaksimalkan
tanggung jawab yang satu dan mengambil tanggung jawab yang lain namun diabaikan.
Level 3 : mengambil banyak
tanggung jawab, dan membagi pencapaiannya sama rata.
Level 4 : sanggup mengambil
banyak tanggung jawab dan mencapai target yang maksimal untuk semuanya.
1
September 2012.
Resmi berstatus mahasiswa S1
Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada. Target-target awal masa muda mahasiswa terlaksana
di 4 tahun 2 bulan kemudian.
16
November 2016.
Resmi bergelar Sarjana Teknik.
*Betapa gagahnya gelar ini.
Kehidupan teknik yang keras,
penuh tekanan, persaingan, ambisi, setumpuk tugas tanpa jeda, atmosfer yang
menyesakkan dada, senyum yang hadirnya hanya kadang kala, istirahat tenang yang
hanya sesekali, jadwal makan teratur yang hanya wacana. 4 tahun 2 bulan dengan
pergulatan batin, hati, pikiran, dan mental. Kini baru sedikit sadar, bahwa 4
tahun 2 bulan adalah tentang endurance-daya
tahan. Bagaimana harus berdiri ketika masalah yang kecil-besar-sepele-berat
luar biasa hadir layaknya oksigen yang bertebaran di udara. Bagaimana menjadi
sosok yang kokoh hati dan pikiran untuk menerima tekanan internal berupa cita-cita
serta tekanan eksternal berupa harapan orang tua, dosen, keluarga, bahkan
universitas.
Kemudian ketika 4 tahun 2
bulan telah berlalu, baru sesadar ini bahwa selama 4 tahun 2 bulan si kaleng yang
lemah ditempa menjadi vessel tebal berdaya tahan tinggi terhadap tekanan
internal maupun eksternal.
Baru kali ini sesadar ini. Banyak
hal, banyak sekali hal yang terjadi selama 4 tahun 2 bulan. Bagaimana menjadi
Sarjana Teknik dengan pencapaian lengkap. Seorang sarjana dengan prestasi
akademik, non akademik, organisasi, event beragam rupa, pekerjaan yang ini dan
itu, asisten laboratorium, asisten dosen.
Siapa sangka walaupun pernah
tersirat mundur dari perkuliahan karena tak sanggup dengan tekanan yang over high, tapi si kaleng bisa keluar
sebagai vessel berselempang Cumlaude.
Siapa sangka beberapa
kompetisi bisa dijalani dengan baik, PKM-P, PKM-K, CPDC.
Siapa sangka masih bisa
menjalani organisasi beragam rupa, Cendekia Teknika + KMTK + Entropi.
Siapa sangka bisa independly financial dengan kerja paruh
waktu yang benar-benar menyekik waktu.
Masih lagi menjadi asisten
laboratorium dan asisten dosen di sela waktu yang sempit itu.
4 tahun 2 bulan itu sungguh penuh
dengan keringat yang bercampur kebahagiaan.
Untuk
hati, posisi pantas untukmu adalah level 4.
Level
4
: sanggup mengambil banyak tanggung jawab dan mencapai target yang maksimal
untuk semuanya. 4 tahun 2 bulan dengan tanggung jawab yang banyak dan beraneka
ragam, bukankah itu luar biasa? Masih selalu ingat dengan lebih dari 12 jam
beraktivitas tanpa jeda, lalu karenanya perkuliahan terbengkalai namun bisa
terus bangkit bangkit dan bangkit lalu bertahan untuk mencapai selempang
Cumlaude. Untuk hatiku, puaskan dengan pencapaian itu. Bagaimana kau bisa tetap
berselempang Cumlaude biarpun kau sesibuk itu. Tak perlu iri pada mereka yang berselempang
Cumlaude dengan IPK yang sangat besar tapi masa studinya hanya berkutat pada
sedikit hal. Hatiku, berbanggalah pada pencapaianmu. Mereka hanya berpangku
dagu dan menjalani hari-hari tanpa kepusingan karena selalu ada setoran dari ayah-bundanya,
namun tidak denganmu.
Untuk
pikiran, yang senantiasa menjagokan logika, posisi yang pantas untukmu adalah
level 3.
Level
3
: mengambil banyak tanggung jawab, dan membagi pencapaiannya sama rata. Maafkan
tak bisa menyelesaikan banyak tanggung jawab dengan pencapaian tinggi pada
masing-masingnya. . Maafkan tak bisa menyelesaikan lebih banyak tanggung jawab.
Tak bisa Cumlaude dengan IPK yang lebih gemuk. Tak bisa berorganisasi dengan
leluasa. Mengabaikan skill bahasa
inggris karena tak sempat lebih banyak belajar. Tak sempat happy-happy dengan banyak teman karena sibuk ber-part-time job. Prioritas kita berbeda, tanggung jawabpun berbeda. Hidupku tak
seperti hidup kalian yang simple.