Indonesia
adalah negara kaya tradisi. Mulai dari bahasa, budaya, hingga tarian dan lagu.
Semua ada di Indonesia, termasuk yang unik dan di luar nalar pun ada.
Salah
satu yang unik adalah tarian bola api. Dan secara nalar, tarian itu diluar
wajar. Bagaimana mungkin kulit manusia sanggup menahan panasnya api ? Dan
bagaimana mungkin seorang manusia tak takut terpanggang api?
Dari
sisi iptek, sebenarnya bara api yang mereka injak tidaklah sepanas yang kita
pikirkan. Kayu adalah konduktor panas yang buruk, sehingga panas bara api
seperti terkungkung di dalam kayu tersebut. Akibatnya, panas yang sampai ke
kakipun tak sepanas yang kita duga sebelumnya. Tapi dalam pertunjukkan ini,
kulit mereka tak hanya bersentuhan dengan bara api, namun benar-benar kobaran
api. Lalu kenapa tak terlihat bahwa mereka kepanasan?
Manusia
dilengkapi Tuhan dengan berbagai macam hormon. Salah satu yang mengesankan
adalah endorphin-sebuah hormon kebahagiaan. Para
penari bola api telah mengalahkan rasa takut mereka karena hormon endopin lebih
kuat efeknya karena mereka memang menyenangi kegiatan ini. Bukankah
hal yang besar sekalipun akan terlihat kecil saat disandingkan dengan sesuatu
yang lebih besar?
Takut.
Tiap
manusia pasti memiliki rasa takut. Takut mati, takut sengsara, takut gagal, dan
segala ketakutan yang lain. Rasa takut ada karena memang kita yang
mengizinkannya ada.
Maka jadilah tuan rumah yang jujur. Kala takut bertandang, namun dirimu
tidak menginginkannya ada, maka jangan biarkan ketakutan itu memasukimu.
Dr. Shigeo Haruyama, dalam bukunya “The Miracle
of Endorphin”berujar bahwa: jika kita mengalami sesuatu yang menyakitkan dan
tak menyenangkan, lalu kita memberikan reaksi penolakan, hormon noradrenalin
yang akan dibebaskan. Namun, jika kita belajar sabar dan berusaha mengatasi
tahap hidup yang tersulit sekalipun, hormon kebahagiaan yang akan mengalir.
http://www.google.co.id/imgres? |
Kala kau baru saja menghadapi sebuah ujian sulit,
sesungguhnya hanya satu kata yang
pantas diutarakan “Alhamdulillah.” Dan hanya satu sikap yang perlu dilakukan “tersenyum”. Semua yang telah dilampaui, terlepas apakah
terlampaui dengan baik ataupun tidak, hanya alhamdulillah yang mampu
menggambarkan situasi itu. Alhamdulillah karena Tuhan masih memberi kesempatan
untuk melaluinya. Alhamdulillah karena Tuhan masih berbaik hati memberikan kita
ladang belajar.
Kala kau mendapatkan nilai 50 dalam ujianmu.
Cobalah katakan “Alhamdulillah bukan 40”. Dan penerimaan seperti inilah yang
membantumu untuk tetap bertahan dengan jiwa penuh syukur. Penerimaan seperti inilah
yang membuat endorphin mengisi seluruh relung jiwamu. Dan
kembangkanlah senyum, karena akan menjadi mustahil untuk tetap sedih di kala
fisik kita tengah berlaku layaknya orang bahagia.
-tak ada yang mampu menghalangimu untuk bahagia,
selain dirimu sendiri (eN)-