ADIL TAK HARUS BUTA


ADIL...
Kebanyakan orang setuju bahwa keadilan adalah hal substansial yang perlu ditegakkan. Paradigma yang terjadi di masyarakat adalah “suatu hal hanya akan dianggap adil apabila imbasnya sudah dikatakan impas dan setara”.
100 dibalas 100, nyawa dibalas nyawa, tangan di balas tangan, dan lain hal yang setara.
Atas nama keadilan pula lah, upaya balas dendam seolah menjadi legal dan terus berlanjut tanpa henti. Atas nama keadilan pula lah, tiap orang menuntut hal buruk yang terjadi padanya juga diterima oleh orang lain yang telah berbuat buruk padanya.
Atas nama keadilan pula lah, manusia dihukum hingga jera hingga hukuman yang dia terima impas dengan kesalahan yang ia perbuat.

Keadilan ditegakkan dengan maksud dan tujuan yang baik. Semua orang pun setuju dengan hal itu. Namun keadilan sering tumbuh bersama kebutaan mata. Keadilan sering kehilangan penerang.
Jika adil selalu dianggap sebagai sesuatu yang impas. Maka selamanya air tuba akan dibalas dengan air tuba. Pembunuhan akan dibalas dengan pembunuhan yang sama. Dan semua orang menjadi biadab atas nama keadilan.

Ada baiknya, keadilan yang buta ini dibukakan matanya hingga terang benderanglah yang menyertainya. Tak selamanya adil itu impas. Bahwa adil bisa ditegakkan dengan kasih sayang. Keikhlasan hati dalam memaafkan dan rasa pengertian atas nama prasangka baik bisa menjadi tiang keadilan yang tak membutakan.

Kala kau berkendara, kemudian ada orang yang menjadikanmu celaka. Apakah adil berarti membuatnya juga celaka dengan mencelakainya? Apakah jika kau disakiti, kemudian kau akan menyakitinya hingga impas. Dan apakah keadilan adalah hal-hal serupa itu?
Kala ada orang yang berbuat salah padamu, maka katakanlah saja :
“Mungkin orang itu tak sadar atas apa yang dilakukan.”
Kemudian doakan keselamatannya :
“Semoga Tuhan menyertainya.”
Kala orang berbuat salah padamu, jangan kau biarkan kesalahan yang sama kau perbuat pada dirinya. Keikhlasan adalah hal mulia. Dan selalu ada jaminan bahwa hal mulia itu tak pernah sia-sia.

Bahwasanya,
dengan memaafkan dan berpikir positif, engkau telah memberi keadilan pada dirimu sendiri.
Karena dengan berlaku demikian, pikiranmu tak akan diliputi oleh pembalasan dendam yang menyesakkan. Bahkan dirimu takkan sekalipun teracuni oleh noda sakit hati.

-eN-
Kala siang di Oktober 2014