OBROLAN SENJA

Senja. Kau nyata dalam pelupuk mata. Transisi hari dengan kemuning indah di ufuk barat. Penutup hari yang sempurna nan mengantar mentari yang berkilau sepanjang hari.

Senja. Kau berbeda di tiap hari. Senja yang dulu, kini, dan nanti. Biar beda, tetap kau senja. Redup memang indah adamu. Aku memahami dan merindu.

Senja yang kini. Aku mengingat senja yang dulu. Akan kah kau cemburu? Tak usah dan tak perlu. Senja itu kenangan tentang obrolan kepribadian.

Yang barusan sekedar pengantar. Beberapa hari ini dan hari-hari yang lalu banyak celotehan pribadi yang sengaja disinggahkan beberapa teman. Celotehan ini adalah tentang personality yang masih banyak dicari biarpun usia sudah belasan akhir.

Sebenarnya apa sih yang terjadi? Mengapa masih dipertanyakan siapa dan bagaimana kamu pada dirimu?

Kepribadian yang kuyakini sebagai kolaborasi antara sifat, sikap, dan perilaku adalah perpaduan antara pembawaan (factor internal) dengan pengalaman (factor eksternal). Pembawaan meliputi kecerdasan, minat dan bakat sedang pengalaman bersumber dari pergaulan lingkungan, dan pendidikan.

Sejenak teringat senja kenangan yang merindu tadi. Dalam sebuah perjalanan senja. Seseorang berkata sembari bernasihat. “Bukan saatnya lagi kepribadianmu kau cari. Kini kepribadianmu sudah terbentuk, tak usah kau bentuk-bentuk lagi!”

Sedikit persetujuan mampir kala secuil nasihat itu datang. Memang benar kepribadian itu sudah terbentuk. Karenanya dia tumbuh sejak hembusan nafas pertama itu hadir. Kecerdasan ilmiah sebagai factor internal kepribadian pun ada sebagaimana warisan biologis dari ayah dan bunda. Namun pertumbuhan itu tak serta merta mandek. Bersama usia, pergaulan, lingkungan, dan pendidikan, kesemuanya tadi menjadi sebongkah pengalaman yang mendewasakan. Sadar ataupun tidak.

Mengulang kembali perkataan seseorang di senja kala itu. Bahwa “Bukan saatnya lagi kepribadianmu kau cari. Kini kepribadianmu sudah terbentuk, tak usah kau bentuk-bentuk lagi!”

Dengan sekelumit kata pelengkap berikut mungkin akan lebih baik. “memang bukan saatnya lagi kepribadian itu dicari, tapi dipahami dan dikenali. Masalah kepribadian dibentuk lagi, mungkin adalah tidak! Tapi dibentuk mendekati kesempurnaan adalah lebih mungkin.
by : eN