Misteri Sebuah "De Javu"

De Javu. Kata ini memang hanya terdiri dari enam buah huruf. Namun ke-enam huruf ini sudah cukup untuk membuat orang penasaran atas misteri di baliknya.

Sebenarnya apa sih de javu?
De javu adalah sebuah kata dalam bahasa Prancis yang apabila di Bahasa Indonesia-kan berarti "pernah melihat". Sederhananya de javu adalah sebuah perasaan seolah-olah pernah mengalami sebuah peristiwa sebelum peristiwa itu terjadi di waktu ini. De javu sendiri memiliki beberapa variasi seperti berikut ::
1. Deja Senti, sebuah perasaan seolah-olah "pernah merasakan" suatu hal sebelumnya. 
2. Deja Vecu, sebuah perasaan seolah-olah "pernah memikirkan" suatu hal. Seseorang yang mengalami Deja Vecu akan merasa seolah-olah dia tahu apa yang sedikit lagi akan terjadi sebelum peristiwa yang sebenarnya terjadi.
3. Deja Visite adalah sebuah perasaan seolah-olah "pernah mengunjungi". Seseorang sering kali mengklaim dirinya mengetahui seluk-beluk suatu tempat, padahal kenyataannya dia belum pernah mengunjungi tempat tersebut sama sekali.

Sejatinya para peneliti sangat tertarik pada fenomena menarik ini. Fenomena ini dipastikan pernah terjadi pada setiap orang, minimal sekali seumur hidup. Namun hingga saat ini para peneliti masih mengalami kegagalan dalam menguak misteri di balik penyebab fenomena de javu. Pnerasaa de javu diasumsikan sebagai sebuah penyakit yang berhubungan dengan neurologi. Dan benar saja bahwa otak merupakan organ yang benar-benar komplek, unik, sekaligus menarik. Otak tersusun atas jutaan syaraf. Para peneliti berpendapat de javu adalah sebuah kegagalan pada kelistrikan otak yang menimbulkan sebuah sensasi yang salah pada memori otak. Otak sering kali bereksperimen menciptakan sebuah situasi yang belum pernah dialami. Akibatnya akan muncul perasaan "pernah mengalami", "pernah memikirkan", maupun "pernah mengunjungi" dalam diri seseorang.

Ada lagi yang menarik di sini. De javu bisa juga terjadi akibat perbedaan kecepatan mata dalam menangkap sebuah respon penglihatan. Terkadang salah satu mata tertinggal beberapa milidetik dalam melihat suatu objek. Akibatnya ketika salah satu mata sudah berhasil lebih dulu melihat suatu objek kemudian merekamnya dalam memori otak kita seolah-olah pernah memiliki ingatan yang sama ketika mata yang lain baru saja berhasil melihat objek tersebut. Namun bagaimana dengan orang yang hanya memiliki satu mata? Kenyataannya mereka tetap mengalami de javu dalam kesehariannya.

Jadi endingnya begini. De javu hingga saat ini masih merupakan fenomena yang menjadi misteri. Titik terang kebenaran yang sebenarnya masih manjadi misteri alam yang pasti lambat laun akan terkuak seiring berjalannya detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dan abad. So selamat menerka :)

 SALAM KREATIVITAS